Help You to Success

.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selamat Datang dan Terimakasih Telah berkunjung di Website Kami

Skripsi merupakan tugas akhir yang harus dilalui mahasiswa program S1 sebelum berhak menyandang gelar S1. Skripsi terkadang menjadi batu sandungan beberapa mahasiswa untuk lulus cepat atau mendapat predikat cumclaude. Salah satu faktor yang membuat skripsi sangat sulit dilalui mahasiswa adalah kurangnya data penunjang seperti jurnal dan tingkat kemampuan mahasiswa menulis yang terbatas.

Oleh karena itu, Dokter Skripsi menawarkan bantuan berupa data penunjang seperti jurnal dan penelitian terdahulu serta bimbingan konsultasi hingga sidang ujian komprehensif.

Minggu, 10 November 2013

Jasa Analisis Data Kuantitatf

       Penelitian dengan metode kuantitatif selalu berkaitan dengan sebuah analisis statistik dengan berbagai rumus. Melihat proses analisis yang menggunakan perhitungan dan rumus membuat metode kuantitatif tidak cocok untuk orang-orang sosial atau orang-orang dengan kemampuan berhitung yang minim. Namun, seiring berkembangnya jaman, analisis dengan berbagai perhitungan dan rumus tersebut dapat selesai dengan hanya sebuah software statistik. Software statistik tersebut telah menyediakan berbagai rumus yang kita perlukan dalam melakukan analisis. Sehingga, layaknya sebuah kalkulator kita hanya perlu memasukkan angkanya dan memilih rumusnya, maka hasil analisis langsung keluar secara otomatis.
       Adapun software yang biasa dipakai dalam analisis adalah SPSS. Meskipun demikian, tidak banyak peneliti yang dapat menggunakan software tersebut. Hal ini dikarenakan, software tersebut tidak se-eksis microsoft office. Selain itu, fitur dari SPSS tidak sama dengan software kerja pada umumnya. Apabila seseorang sudah dapat menggunakan SPSS, masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana cara menjelaskan angka yang keluar untuk menjawab rumusan masalahnya
Agar peneliti tidak putus asa karena beberapa keterbatasan yang ada, maka Dokter Skripsi juga menyediakan jasa analisis melalui software dengan berbagai macam metode analisis. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Regresi
1. Regresi berganda biasa Rp 250.000
2. Regresi dummyy Rp 250.000
3. Regresi komponen utama Rp 250.000
4. Regresi logistik Rp 250.000
5. Regresi panel Rp 300.000
6. Regresi time series Rp 300.000
7. Regresi two stage least square (TSLS) Rp 350.000
8. Regresi moderator Rp 300.000
9. Seemingly unrealated regression (SUR) Rp 300.000

Biometrik Lanjut
  1. ANOVA RAL / RAK Rp 200.000
  2. Analisis peragam / kovarian Rp 200.000
  3. Split plot design Rp 250.000
  4. Split plot in place Rp 250,000
  5. Split plot in time Rp 250.000
  6. Strip plot design Rp 250.000
  7. Nested design / rancangan tersarang Rp 250.000
  8. Tekning sampling & survai Rp 250.000
  9. Respon surface method (RSM) Rp 300.000
  10. AMMI Rp 300.000
  11. ANOVA RAL / RAK faktorial Rp 300.000
  12. Analisis faktorial sebagian Rp 300.000

Analisis Multivariate Rp 250.000
  1. Analisis faktor Rp 250.000
  2. Analisis komponen utama Rp 250.000
  3. Analisis cluster / gerombol Rp 250.000
  4. Analisis diskriminan Rp 250.000
  5. Multidimensional scalling analysis (MDA) Rp 250.000
  6. Analisis konjoin Rp 250.000
  7. Analisis korelasi kanonik Rp 250.000
  8. Analisis korespondensi Rp 250.000
  9. Multivariate analysis of variance (Manova) Rp 300.000
  10. Analisis jalur path Rp 350.000
  11. Structural equation modeling (SEM) Rp 350.000
  12. Partial least square (PLS) Rp 350.000

Statistik Deskriptif + Non Parametrik
  1. Statistik deskriptif Rp 150.000
  2. Korelasi Pearson / product moment Rp 200.000
  3. Kruskal Wallis Rp 200.000
  4. Wilcoxon test Rp 200.000
  5. Mc Nemar test Rp 200.000
  6. Mann Whitney Rp 200.000
  7. Friedman test Rp 250.000
*Harga dapat berubah sesuai tingkat kesulitan dan jumlah variabel

Tips Menyusun dan Membuat Paragraf

     Secara sederhana, Paragraf adalah kumpulan atau kesatuan kalimat yang saling melengkapi untuk menjelaskan sebuah topik / gagasan / ide (koheren). Umumnya, dalam sebuah paragraf terdiri dari kalimat inti dan kalimat penjelas. Namun, dalam penulisan karya tulis saat ini juga dijumpai sebuah paragraf yang berisi kalimat penjelas saja atau bahkan kalimat inti saja. Untuk jumlah kalimat dari sebuah paragraf sendiri sebenarnya tidak dibatasi, namun hendaknya terdiri dari 2 atau lebih kalimat, disesuaikan dengan penjelasan dari kalimat inti.
     Paragraf merupakan sebuah komponen dalam sebuah karya tulis. Dapat dibayangkan, apabila paragraf dalam sebuah karya tulis tidak ada, maka pembaca akan sulit memahami makna dari tulisan karena buramnya kalimat yang menekankan pada ide / gagasan dan penjelasannya. Adanya paragraf sendiri juga untuk memudahkan penulis untuk menghantarkan ide / gagasannya dalam sebuah karya tulis. Adanya Paragraf, membuat penulis dapat menyampaikan ide / gagasannya secara sistematis.
Bagi sebagian besar penulis baik pemula maupun profesional, membuat paragraf yang membentuk sebuah kesatuan, kepaduan, lengkap serta urut sangat sulit. Apalagi memulai sebuah kalimat dalam paragraf. Sehingga disini, Dokter Skripsi mencoba memberikan sedikit tips tentang cara memulai menulis dan menyusun sebuah paragraf yang biasa dilakukan oleh para konsultan Dokter Skripsi:
 
1. menyusun kerangka atau alur pikir paragrafmenyusun kerangka atau alur pikir paragraf merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun sebuah paragraf. kerangka atau alur pikir paragraf perlu dibuat terlebih dahulu agar tulisan yang kita buat tidak menyimpang dari apa yang kita inginkan dan tertata secara runtut dan sistematis. Kerangka atau alur pikir paragraf dapat dimulai dengan kalimat umum maupun kalimat khusus. Contoh, apabila saya ingin menyusun paragraf tentang kekayaan Indonesia dimulai dari kalimat umum :
"Dunia internasional menyebut Indonesia sebagai negara megabiodiversity. Hal ini dikarenakan, Indonesia memiliki anekaragam hayati baik flora maupun fauna. keanekaragaman hayati Indonesia tersebar dari sabang hingga merauke. Jumlah spesies yang tercatat pun lebih baynyak dari negara lainnya, yaitu 1.237 spesies."
Sedangkan, apabila dimulai dari kalimat khusus adalah :
"Indonesia memiliki jumlah spesiesflora dan fauna  sebanyak 1.237 spesies. Jumlah tersebut sangat banyak apabila dibandingkan dengan jumlah spesies yang ada di negara lain. jumlah spesies yang tersebar dari sabang hingga merauke tersebut membuat dunia internasional menobatkan Indonesia sebagai negara megabiodiversity."

Dari contoh diatas sebenarnya hanya merubah letak kalimat dan merubah sedikit susunan katanya. Inti dari keinginan mengenai kekayaan hayati Indonesia saya perjelas dengan kalimat-kalimat pendek yang meyakinkan pembaca mengenai kekayaan hayati Indonesia. Kalimat penjelas tersebut dapat kita jabarkan dari ide kalimat dari kerangka atau alur pikir paragraf atau dari data yang kita dapat.
 
2. metode ATM (Amati Tiru Modifikasi)
Sebelumnya, jangan berprasangka plagiat dulu dengan metode yang pertama ini. Metode ATM (Tiru Amati Modifikasi) merupakan metode yang sering kita pakai atau sarankan bagi para penulis pemula. Hal ini dikarenakan, metode ATM (Amati Tiru Modifikasi) merupakan metode yang paling mudah untuk diterapkan dalam membuat sebuah paragraf.
Syarat menggunakan metode ini adalah kita harus memperkaya kosakata dan susunan kata melalui membaca. Dengan intensitas yang tinggi dalam membaca, maka akan banyak kata yang dapat kita rangkai menjadi sebuah kalimat dan kalimat menjadi paragraf. Dari kalimat atau paragraf yang kita baca, kita dapat mengolah atau merubah susunan katanya. Contoh :
"Indonesia adalah negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang luas"
Dari kalimat diatas tersebut, kita dapat memodifikasi menjadi :
a. Lahan pertanian yang luas, membuat indonesia dijuluki sebagai negara agraris.
b. Negara agraris sangat cocok disandang oleh Indonesia, karena lahan pertaniannya yang cukup luas.

Modifikasi diatas dilakukan dengan merubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif atau menambahkan kosakata dalam kalimat yang kita tiru.
 
3. Metode 4w+1h (what, where, who, which & how)
Mungkin bagi sebagian pembaca tidak asing dengan metode ini. Metode ini memang sering dipakai oleh para jurnalis atau wartawan dalam melontarkan pertanyaan ke narasumber. Syarat untuk menggunakan metode ini adalah menentukkan inti kalimat kita. inti kalimat dapat berasal dari kerangka atau alur pikir atau juga penjabaran dari alur atau kerangka pikirnya. Setelah inti kalimat telah kita tentukan, maka kita dapat mengeksplor melalui pertanyaan-pertanyaan yang kita kembangkan. Contoh :

Kalimat inti : "Indonesia merupakan negara agraris"
Kalimat ini dapat dikembangkan dengan :
a. Mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris?
b. Siapa yang mengakui Indonesia sebagai negara agraris?
c. Apa yang menyebabkan Indonesia disebut sebagai negara agraris?
d. Berapa banyak lahan pertanian yang membuat Indonesia menjadi negara agraris?

Dari pertanyaan diatas, maka kalimat inti diatas dapat menjadi sebuah paragraf seperti dibawah ini :

"Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini dikarenakan, Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas serta mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Dari alasan inilah maka dunia internasional mengenal Indonesia sebagai negara agraris yang menghasilkan produk-produk pertanian. Luas lahan pertanian Indonesia pun tergolong kedalam lahan pertanian terluas, yaitu sebesar 1000 ha"

Bagaimana...cukup mudah untuk sejauh ini? jika kita kurang pas dengan susunannya, kita dapat merubah-ubah sesuai keinginan atau komposisi yang pas.
 
4. 1 Paragraf 1 Kalimat Inti     Cara yang terakhir yang dapat Dokter Skripsi berikan adalah menyusun paragraf yang terdiri dari 1 kalimat inti dan beberapa kalimat penjelas. Metode ini membuat paragraf yang kita buat semakin sistematis, urut, rinci, lengkap serta informatif, sehingga pembaca dapat mudah memahaminya. untuk contohnya dapat dilihat di contoh paragraf lengkap dibawah ini.
"     Di dunia internasional, Indonesia merupakan negara dengan sebutan mega center of biodiversity atau pusat keanekaragaman hayati dunia. Hal ini dikarenakan, Indonesia memiliki 17% spesies satwa dunia. Secara rinci Indonesia memiliki 707 spesies mamalia, 350 spesies amfibia dan reptile, serta 1.602 spesies burung. Adapun jumlah hewan khas (endemik) yang dimiliki Indonesia adalah 172 spesies amfibi, 259 spesies mamalia dan 382 spesies burung. Keseluruh jenis satwa tersebut sebagian besar hidup secara alami di 47 tipe ekosistem yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beberapa diantaranya bahkan belum tereksplorasi secara penuh dan diperkirakan masih banyak spesies endemik yang belum ditemukan. (inti : Indonesia merupakan negara megacenter biodiversity)
     Bagi Indonesia, predikat negara kaya akan sumber daya hayati bukan hanya sebagai prestasi, melainkan juga sebuah tantangan yang besar. Ancaman kepunahan beberapa spesies akan terus mengahantui Indonesia seiring dengan maraknya perburuan dan perdagangan satwa. Dengan banyaknya spesies satwa yang hidup di Indonesia, dunia internasional mempercayakan Indonesia menjadi garda terdepan dalam pelestarian kekayaan hayati dunia. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia diminta untuk mewaspadai aksi pencurian dan pemusnahan satwa yang melibatkan aktor lokal maupun internasional. (inti: tantangan predikat megacenter biodiversity)
     Sebagai bentuk tanggung jawab dalam melestarikan dan melindungi spesies satwa yang ada, pemerintah Indonesia mengaturnya dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”. Pasal dalam perundang-undangan tersebut menjelaskan, bahwa seluruh kekayaan alam yang tercakup di Indonesia termasuk aneka ragam spesies satwa yang ada merupakan tanggung jawab negara. Ketersediaan sumber daya tersebut merupakan bagian dari kemakmuran yang akan dicapai dan menjadi faktor pendukung dalam pembangunan yang akan dijalankan. (inti: upaya Indonesia menjaga predikat mega center biodiversity)
     Secara khusus, kelestarian lingkungan yang dimiliki Indonesia diatur dalam Undang-Undang no.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Undang-undang tersebut dibuat untuk memberikan kejelasan dan ketegasan yang menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi usaha pengelolaan dan pelestarian kekayaan hayati yang ada. Selain itu, adanya peraturan perundang-undangan ini, maka pemerintah Indonesia telah memberikan sarana perlindungan kepada semua pihak, tidak terkecuali satwa dan lingkungan hidup guna tercipta kesejahteraan sosial. (inti: fungsi undang-undang yang dibentuk pemerinta Indonesia)."

Jumat, 08 November 2013

Sample : Pengertian, Syarat dan Teknik Pengambilan



Pengertian
     Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
       Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk   
       Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,  maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .         
      Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “Y”
         Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.



Syarat sampel yang baik

       Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
     Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan  adalah populasi.
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
      Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995, Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika.
     Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan dalam menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh : (1), keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel; (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).
       Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita  dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
         Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (s), makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin  bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.



Teknik-teknik pengambilan sampel

       Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
         Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti  memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
         Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

Probability/Random Sampling.

       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut.  Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

  1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
    1. Susun “sampling frame”
    2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
    3. Tentukan alat pemilihan sampel
    4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

  1. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
    1. Siapkan “sampling frame”
    2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
    3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
    4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka  untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
          
  1. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1.      Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
2.      Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3.      Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4.      Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample


     4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.  Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
5.      Susun sampling frame
6.      Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
7.      Tentukan K (kelas interval)
8.      Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.
9.      Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
10.  Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

4.      Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1.      Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2.      Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.      Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4.      Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
5.      Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
        Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1.      Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample  (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.

2.      Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3.      Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)